Emas Bolak-balik di Harga US$ 1.900, Sudah Mentok?

Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia – Sudah berulang kali harga emas mondar-mandir di level US$ 1.900/troy ons. Rasanya akan susah harga logam kuning ini untuk jebol dari level resisten kuat tersebut dalam waktu dekat. 

Namun potensi emas untuk kembali menguat memang terbuka lebar. Hanya saja pasar akan menyaksikan volatilitas yang cukup tinggi menjelang pemilihan umum presiden AS yang akan dihelat 3 November nanti.

Emas dan aset lain bisa saja ambles secara berbarengan dengan adanya risiko ketidakpastian yang tinggi dan ketika orang-orang cenderung lebih memilih uang tunai atau cash sebagai pegangan. Setelah pemerintahan baru terbentuk, barulah harga emas bisa melanjutkan relinya lagi. 

Dalam dua hari terakhir harga emas dunia berakhir di level US$ 1.900/troy ons. Namun pagi ini, Jumat (16/10/2020), harga logam kuning tersebut di pasar spot sedikit melemah. 

Pada 09.15 WIB, harga emas dunia di arena pasar spot turun tipis 0,07% ke US$ 1.906,4/troy ons. Penguatan emas ini dipicu oleh Trump yang melunak dan mau menaikkan. tawaran stimulusnya menjadi US$ 1,8 triliun. 

Di sepanjang tahun ini, harga emas bisa terbang salah satunya karena ada stimulus jumbo dari pemerintah dan bank sentral yang membuat ekspektasi inflasi menjadi meningkat dan minat terhadap aset untuk lindung nilai pun ikut terdongkrak. 

Hanya saja usulan Trump tersebut tidak disetujui oleh ketua senat mayoritas dari Partai Republik yaitu Mitch McConnel. Di sini pasar kembali disuguhkan drama soal negosiasi stimulus ekonomi lanjutan Covid-19 di AS. 

Tarik ulur stimulus yang tak kunjung menemukan titik cerah membuat harga emas cenderung tak bisa bergerak ke mana-mana. Lagipula risiko pemilu yang semakin dekat juga harus diwaspadai. 

Namun dalam laporan terbarunya, TD Securities menyebut jika pemerintahan baru mulai terbentuk awal tahun depan, harga emas berpotensi reli lagi dan target harga 2021 dipatok di US$ 2.100/troy ons

“Rekor utang dan defisit yang dihasilkan, monetisasi dan kebijakan suku bunga sangat rendah Fed di seluruh kurva imbal hasil semua menyiratkan bahwa emas akan mengalami reli berkelanjutan, begitu pemerintah baru mulai beroperasi pada bulan-bulan awal 2021,” kata laporan TD Securities, melansir Kitco.

“Sangat mungkin bahwa program belanja fiskal yang besar, melebihi lima triliun dolar selama dua tahun ke depan, kemungkinan besar akan disahkan oleh siapa pun yang berkuasa … Suku bunga riil yang lebih rendah dan USD yang lebih lemah akan menjadi faktor penting yang membantu emas dalam pergerakannya ke rekor baru .”

Pasar mulai familiar dengan gagasan bahwa Joe Biden akan menang dalam pertarungan sengit pemilihan kursi presiden empat tahun sekali itu. Berdasarkan berbagai poling yang ada Bidendari Demokrat memang diunggulkan.

Apabila Demokrat yang berhasil memenangkan kontestasi politik ini, ada kemungkinan harga emas bisa meroket lagi karena kebijakan Demokrat cenderung lebih berani menghamburkan uang untuk stimulus.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Similar Posts