Harga Emas ‘Terpeleset’ Jelang Rilis Data Inflasi AS
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi. – Bloomberg
Bisnis.com, JAKARTA – Emas melemah pada akhir perdagangan Selasa (13/7/2021) di Asia tertekan oleh greenback yang menguat ketika para investor bersikap hati-hati menantikan data inflasi AS.
Data inflasi AS ini dapat mempengaruhi alur waktu Federal Reserve untuk mengurangi pembelian obligasinya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, jatuh US$4,7 atau 0,26 persen menjadi ditutup pada US$1.805,90 per ounce. Akhir pekan lalu, Jumat (9/7/2021), emas berjangka melonjak US$10,40 atau 0,58 persen menjadi US$1.810,60.
Emas berjangka turun US$1,9 atau 0,11 persen menjadi US$1.800,20 pada Kamis (8/7/2021), setelah bertambah US$7,90 atau 0,44 persen menjadi US$1.802,10 pada Rabu (7/7/2021) dan menguat US$10,90 atau 0,61 persen menjadi US$1.794,20 pada Selasa (6/7/2021).
Emas juga berada di bawah tekanan jual setelah membukukan kinerja terbaiknya dalam tujuh minggu, menurut analis pasar.
Emas terangkat 1,53 persen sepanjang minggu lalu, kenaikan mingguan ketiga berturut-turut dan kenaikan paling tajam sejak pekan yang berakhir 21 Mei.
Laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang diawasi secara ketat akan dirilis pada Selasa waktu setempat.
Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan akan bersaksi di depan Kongres pada Rabu (14/7/2021) dan Kamis (15/7/2021).
“Kami hampir berada di lingkungan ini di mana kabar baik adalah kabar buruk dan kabar buruk adalah kabar baik,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, merujuk pada data IHK dan dampaknya terhadap kebijakan Fed.
Jika data inflasi menjadi lebih jinak, The Fed akan merasa sedikit kurang cenderung untuk mengurangi pembelian asetnya yang seharusnya menguntungkan emas, tetapi jika The Fed khawatir tentang inflasi, kemungkinan besar akan “menginjak pedal rem”, menekan emas, tambah Meger.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan harga konsumen inti AS akan naik 0,4 persen pada Juni.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama sainggannya naik 0,1 persen membuat harga emas lebih mahan untuk pemegang mata uang lainnya.
Analis di JP Morgan menyatakan dalam catatan mingguannya bahwa sikap hati-hati investor emas dibenarkan mengingat pandangan mereka tentang imbal hasil yang terus meningkat dan dolar didukung di sekitar level saat ini hingga akhir tahun ini.
Bank tersebut memperkirakan emas rata-rata akan mencapai US$1.686 per troy ounce tahun ini.
Pelaku pasar tampaknya melihat lonjakan kasus varian Delta dari virus corona di beberapa negara telah terlewati.
Tampaknya sangat tidak mungkin bahwa varian Delta akan memiliki dampak ekonomi yang luas, sehingga permintaan safe-haven untuk emas dan perak tidak mungkin meningkat dalam jangka pendek, kata Carsten Menke, analis pada Julius Baer.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 0,5 sen atau 0,02 persen, menjadi ditutup pada US$26,239 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik US$27,30, atau 2,49 persen, menjadi ditutup pada US$1.123 per ounce.