Bersiap Jadi Saksi Sejarah! Harga Emas di Atas US$ 1.900
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia kembali melesat naik jelang dibukanya perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Jumat (24/7/2020), hingga menembus ke atas US$ 1.900/troy ons. Memanasnya hubungan AS dengan China menjadi salah satu pemicu melesatnya harga emas dunia.
Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 20:13 WIB emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.904,27/troy ons melesat 0,96% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 6 September 2011 atau tepat saat emas dunia mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,3/troy ons. Tetapi untuk diketahui, rekor tertinggi tersebut merupakan level intraday, bukan level penutupan perdagangan. Rekor penutupan perdagangan tertinggi yakni US$ 1.898,99/troy ons yang dicapai pada 5 September 2011.
Harga Emas Dunia (US$ per Troy Ons)
Emas kini berjarak kurang dari US$ 20 atau kurang dari 1% dari rekor tertinggi tersebut, sehingga sejarah harga tertinggi baru emas dunia berpeluang besar akan tercipta.
Hubungan AS-China yang kembali memanas menjadi “bensin” tambahan bagi emas untuk menguat.
Konflik dua raksasa ekonomi dunia meruncing di pekan ini setelah Rabu waktu setempat, Washington memerintahkan pemerintah China untuk menutup konsulat di Houston, Negara Bagian Texas. Beijing dituding melakukan tindakan mata-mata dan membahayakan kepentingan nasional.
“Kantor konsulat China di Houston ditutup demi melindungi hak atas kekayaan intelektual dan privasi rakyat AS,” sebut keterangan tertulis Kementerian Dalam Negeri AS. Pemerintah China diberi waktu 72 jam untuk menutup kantor dan mengosongkan gedung.
Kecurigaan AS datang setelah muncul asap dari kantor konsulat tersebut. Beberapa sumber di lingkaran dalam Gedung Putih mengungkapkan bahwa sedang terjadi pembakaran dokumen.
“Kami rasa mereka melakukan pembakaran. Apakah itu dokumen atau kertas lainnya, saya penasaran,” ujar Presiden AS Donald Trump, sebagaimana diwartakan Reuters.
China tentu tidak terima diperlakukan begitu rupa. Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bakal memberikan balasan setimpal.
“AS harus mencabut keputusan yang sangat salah itu. China pasti akan membalas dengan tegas,” kata Wang, seperti dikutip dari Reuters.
Balasan dari China datang hari ini, Kementerian Luar Negeri China mencabut izin konsulat jenderal AS di kota Chengdu, dan meminta untuk menghentikan kegiatannya.
“Situasi saat ini antara China dengan AS bukan sesuatu yang ingin kita lihat,” tulis Kementerian Luar Negeri China, sebagaiman dilansir CNBC International.
“Tanggung jawab ada pada Amerika Serikat. Kami sekali lagi meminta AS mencabut keputusan yang salah itu untuk menciptakan kondisi yang baik bagi kedua negara, hubungan menjadi normal kembali.”
Vice Chairman IHS Markit, Daniel Yergin mengatakan, memburuknya hubungan AS China yang sudah terjadi sejak pertengahan 2018 membuat kedua negara menuju perang dingin.
Memburuknya hubungan kedua negara hingga memicu perang dagang menjadi pemicu pelambatan ekonomi pada tahun lalu. Jika kembali terjadi, maka perekonomian global berisiko semakin nyungsep di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang memicu resesi di mana-mana. Dalam kondisi tersebut permintaan emas yang merupakan aset safe haven menjadi meningkat.
RAMALAN PALING EKSTREM
Sebelum hubungan AS-China memanas, “tangki bensin” emas memang sudah sedang penuh, sehingga peluang mencetak rekor tertinggi terbuka lebar. Seperti disebutkan sebelumnya, pandemi Covid-19 membuat dunia terancam mengalami resesi, membuat permintaan emas meningkat.
Untuk membangkitkan lagi perekonomian, bank sentral berbagai negara menggelontorkan stimulus moneter, suku bunga dipangkas habis di negara-negara maju, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) digelontorkan dengan nilai jumbo.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar di perekonomian akan melimpah sehingga berpotensi memicu kenaikan inflasi. Emas lagi-lagi diuntungkan dengan kondisi tersebut.
Kemudian, indeks dolar AS yang belakangan ini terus merosot. Hari ini indeks tersebut berada d level 94,588 yang merupakan level terendah dalam 2 tahun terakhir. sejak September 2018. Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang utama, dan kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Amblesnya indeks dolar AS disebabkan oleh euro. Mata uang 19 negara ini belakangan terus melesat naik. Kala mata uang 19 negara ini menguat tajam, indeks dolar pun tertekan. Euro merupakan merupakan satu dari enam mata uang yang membentuk indeks dolar, bahkan kontribusinya paling besar yakni sebesar 57,6%.
Emas dapat keuntungan lagi. Dibanderol dengan dolar AS, harga logam mulia akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain kala the greenback melemah. Permintaan emas berpotensi meningkat, sehingga “tangki bensin” emas untuk memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa sedang full, tinggal seberapa kencang emas bakalan ngegas.
Kemudian, indeks dolar AS yang belakangan ini terus merosot. Hari ini indeks tersebut berada d level 94,588 yang merupakan level terendah dalam 2 tahun terakhir. sejak September 2018. Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang utama, dan kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Amblesnya indeks dolar AS disebabkan oleh euro. Mata uang 19 negara ini belakangan terus melesat naik. Kala mata uang 19 negara ini menguat tajam, indeks dolar pun tertekan. Euro merupakan merupakan satu dari enam mata uang yang membentuk indeks dolar, bahkan kontribusinya paling besar yakni sebesar 57,6%.
Emas dapat keuntungan lagi. Dibanderol dengan dolar AS, harga logam mulia akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain kala the greenback melemah. Permintaan emas berpotensi meningkat, sehingga “tangki bensin” emas untuk memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa sedang full, tinggal seberapa kencang emas bakalan ngegas.
TIM RISET CNBC INDONESIA