Kabar Baik Vaksin Hingga AS Vs China Picu Koreksi Harga Emas

Foto: Ilustrasi emas batangan (REUTERS/Michael Dalder) – CNBC News

Dilansir dari berita CNBC Indonesia, harga emas spot dunia pada perdagangan sepekan ini terkoreksi sebesar US$ 7,77 atau 0,45% menjadi US$ 1.726,30/troy ons pada penutupan Sabtu (30/5/2020) dini hari tadi dari US$ 1.734,07 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (22/5/2020), mengacu data Refinitiv.

Koreksi harga emas dunia terdorong oleh bangkitnya pasar ekuitas global di tengah diputarnya kembali roda perekonomian melalui skenario new normal serta pelonggaran pembatasan wilayah (lockdown) sejumlah negara.

Sentimen negatif harga emas dunia juga datang dari perkembangan vaksin penangkal corona buatan China. Negeri Tirai Bambu akhirnya mempublikasi penelitian soal vaksin corona  yang dikembangkannya. Vaksin buatan Beijing Institute Biotechnologies dan CanSino Biological, berhasil memicu terbentuknya antibodi pada puluhan pasien dalam uji klinis tahap awal.

Hasil uji klinis tahap awal ini dipublikasikan di jurnal kesehatan The Lancet pada Jumat lalu (22/5//2020). Vaksin potensial bernama Ad5-nCoV, telah disetujui untuk uji coba manusia pada bulan Maret.

Mengacu data di atas, awal tiga hari perdagangan pekan ini, harga emas dunia membukukan koreksi dengan penurunan terbesar sebesar 1,05% pada Selasa (26/5/2020). Namun, emas kembali bangkit di dua hari perdagangan terakhirnya untuk menipiskan penurunan.

Harga emas dunia memang bergerak antara keuntungan dan kerugian sepekan kemarin di tengah beragam sentimen dari kemungkinan normalisasi ekonomi hingga perang saraf antara AS dengan China yang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Sementara ancaman Trump memunculkan kekhawatiran bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi global akan kembali berkecamuk dan membuat prospek ekonomi malah tambah suram, sehingga meningkatkan permintaan safe haven emas.

Hal itu seiring dengan penguatan harga emas dunia pada perdagangan akhir pekan atau Jumat (29/5/2020) kemarin yang ditutup naik 0,45%, mengacu data Refinitiv.

Presiden Donald Trump berencana untuk mengadakan konferensi pers terkait China pada hari Jumat kemarin waktu setempat yang bisa menambah tensi perang saraf antara AS-China. Pengumuman Trump muncul setelah Kongres Rakyat Nasional China menyetujui Undang-Undang (UU) keamanan nasional untuk Hong Kong.

UU tersebut mewakili pengambilalihan Hong Kong. Sebagai konsekuensinya Hong Kong kemungkinan tidak akan dapat mempertahankan otonomi tingkat tingginya.

Memanasnya hubungan AS-China meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya babak baru perang dagang jilid dua dan cenderung memberikan gejolak di pasar saham dunia. Ketika geopolitik terjadi maka aset aman (safe haven) menjadi pilihan, sehingga investor cenderung menghindari aset berisiko (risk aversion) sementara waktu.

Kendati sepekan ini harga emas dunia terkoreksi, namun untuk jangka panjang, outlook emas masih bullish. Pada bulan April lalu, Bank of America (BofA) memprediksi harga emas akan ke US$ 3.000/US$ dalam 18 bulan ke depan. Analis dari BofA tersebut melihat perekonomian global yang mengalami resesi, kemudian stimulus fiskal serta peningkatan neraca bank sentral akan membuat pelaku pasar memburu emas sebagai investasi, sehingga harganya akan melonjak.

Kebijakan moneter dan fiskal tersebut membuat Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons.

Sentimen positif harga emas juga  didukung oleh rencana stimulus besar-besaran dari pemerintah Jepang dan Komisi Eropa, dan kemungkinan pelonggaran moneter lebih lanjut oleh beberapa bank sentral di seluruh dunia guna memerangi Covid-19.

Langkah-langkah stimulus besar-besaran cenderung mendukung harga emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Emas adalah investasi yang menarik selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Similar Posts