Harga Emas Sedang Melempem, Ini Kata Analis Wall Street

Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia sudah sangat dekat dengan level US$ 1.800/troy ons sejak pekan lalu, tetapi masih gagal menembusnya. Dalam beberapa hari terakhir harga emas justru malah terkoreksi. Tentunya muncul pertanyaan apakah emas mampu melewati level psikologis tersebut.

Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/7/2020), emas diperdagangkan di level US$ 1.775,44/troy ons, menguat tipis 0,04% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisi tersebut menjauh dibandingkan pekan lalu, ketika emas mencapai US$ 1.788.96/troy ons.

Meski demikian, para analis tetap meyakini emas akan terus melaju naik. Harga emas yang menjauhi level psikologis US$ 1.800/troy ons dikatakan hanya koreksi sesaat.

Sementara itu, hasil survei Kitco terhadap 17 analis di Wall Street menunjukkan 12 orang atau 70% memprediksi emas akan menguat lagi pekan ini. Sebanyak 18% memprediksi melemah, dan sisanya netral.

Ole Hansen dari Saxo Bank dalam riset yang dikutip CNBC International mengatakan emas mampu melesat naik seperti di bulan April tersebut, tetapi Hansen mengatakan investor yang sabar akan menuai hasil yang besar di kuartal III-2020. Ketika harga emas melemah, akan membuka peluang untuk kembali membeli.

“Ini sangat jelas ada dasar di pasar, dan investor melakukan aksi buy on dip (beli saat harga emas turun),” kata Kevin Grady, Presiden Phoenix Futures and Option LLC, sebagaimana dilansir Kitco. “Saya tidak akan menjual (emas) saat ini,” tambahnya.

Penurunan harga emas juga diramal oleh Sean Lusk dari Wals Trading, tetapi lebih karena aksi ambil untung (profit taking). “Outlook emas tidak pernah sebaik ini. Anda mungkin melihat profit taking dalam waktu dekat, tetapi tren penguatan masih tetap terjaga,” kata Lusk.

Sementara itu, Charlie Nedoss, ahli strategi pasar senior dari LaSalle Futures Group, melihat pergerakan emas dunia dari sisi analisis teknikal. Nedoss mengatakan tidak akan khawatir akan pelemahan harga emas, sampai menguji indikator rerata pergerakan 20 hari (20-day moving average) di kisaran US$ 1.750/troy ons.

Artinya, menurut Nedoss, emas masih akan dalam tren menguat selama di atas US$ 1.750/troy ons.

Target Penguatan Emas Masih di US$ 1.818/troy ons

Foto: dok. Antam

Secara teknikal, koreksi emas terdalam pada pekan lalu terjadi pada hari Kamis, menyentuh US$ 1.756/troy ons. Tetapi setelahnya harga emas justru berbalik menguat. Pergerakan tersebut menjadi salah satu indikasi aksi buy on dip para pelaku pasar.

Outlook emas masih sama, setelah berhasil break out level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola Rectangle pada hari Senin (22/6/2020).

Pola Rectangle menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways, dengan batas bawah di US$ 1.670/troy ons. Rentang batas bawah ke batas atas pola Rectangle sebesar US$ 74, jadi ketika batas atas berhasil ditembus maka target penguatan emas juga sebesar US$ 74 dari batas atas US$ 1.744/troy ons.

Artinya, target penguatan emas ketika pola Rectangle ditembus adalah US$ 1.818/troy ons, lebih tinggi dari level psikologis US$ 1.800/US$.

idr
Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Resisten (tahanan atas) yang cukup kuat berada di US$ 1.788/troy ons. Jika mampu ditembus secara konsisten, peluang emas mencapai dan bahkan melewati level psikologis US$ 1.800/troy ons akan semakin terbuka.

Sementara itu, indikator stochastic masih berada di wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.

Koreksi berisiko membawa harga emas ke level US$ 1.744 yang menjadi support (tahanan bawah) kuat. Selama bertahan di atasnya, peluang emas ke US$ 1.818/troy ons masih tetap terjaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Similar Posts