“Sempurna”, Rupiah Melemah Terus Pekan Ini & Terburuk Asia
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (14/8/2020), bahkan sempat mendekati level Rp 14.800/US$. Dolar AS sebenarnya sedang lesu, tetapi rupiah juga terbebani isu resesi.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.700/US$. Tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah terus membengkak hingga 0,47% ke Rp 14.769/US$, yang menjadi level terlemah intraday.
Di penutupan perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,14% di Rp 14.720/US$. Meski demikian, dengan pelemahan tersebut, rupiah masih menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, hingga pukul 15:10 WIB.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Dolar AS vs Mata Uang Utama Asia
Mata Uang | Kurs Terakhir | Perubahan |
---|---|---|
USD/CNY | 6,9477 | 0,05% |
USD/IDR | 14.720 | 0,14% |
USD/INR | 74,880 | 0,09% |
USD/JPY | 106,74 | -0,17% |
USD/KRW | 1.184,65 | -0,02% |
USD/MYR | 4,1950 | 0,12% |
USD/PHP | 48,71 | -0,31% |
USD/SGD | 1,3723 | 0,01% |
USD/THB | 31,08 | 0,13% |
USD/TWD | 29,40 | -0,10% |
Table: Putu Agus Pransuamitra Source: Refinitiv
Tidak hanya menjadi yang terburuk di Asia, rupiah juga membukukan pelemahan dalam 5 hari perdagangan. Artinya tidak sekalipun rupiah menguat, sehingga menjadi pekan yang “sempurna”.
Dolar AS sebenarnya tidak dalam kondisi bagus, terlihat dari beberapa mata uang utama Asia yang mampu menguat pada hari ini. Indeks dolar AS yang kembali turun 2 hari beruntun. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melemah 0,11%, sementara pada hari Rabu minus 0,2%.
Pembahasan stimulus fiskal yang kembali macet di Kongres (Parlemen) AS, menjadi penyebab kembali melemahnya indeks dolar AS.
Tanpa stimulus tambahan, pemulihan ekonomi AS tentunya akan berjalan lebih lambat.
“Dolar AS membutuhkan kabar positif dari pembahasan stimulus. Pasti akan ada kesepakatan, karena para politikus tidak mungkin kembali ke konstituen mereka dengan tangan hampa. Ketika itu terjadi, maka dolar AS akan punya momentum untuk menguat terhadap mata uang lain,” jelas Masafumi Yamamoto, Chief Currency Strategist di Mizuho Securities yang berbasis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
Sayangnya, rupiah gagal memanfaatkan pelemahan indeks dolar tersebut. Isu resesi masih terus membayangi pergerakan rupiah.
PSBB Diperpanjang, Risiko Resesi Meningkat
Foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Mengumumkan Status PSBB Transisi Jakarta (Tangkapan Layar Youtube PEMPROV DKI JAKARTA)
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi DKI Jakarta yang kembali diperpanjang selama 2 pekan memperbesar risiko resesi di Indonesia, membuat rupiah terus tertekan.
Dengan diperpanjangnya PSBB, artinya selama 2 bulan di kuartal III-2020 roda bisnis masih berputar pelan. Laju pemulihan ekonomi saat PSBB menjadi lambat setelah mengalami kontraksi 5,32% year-on-year (YoY) di kuartal II-2020, sehingga risiko resesi meningkat seperti yang diramal oleh Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.
“Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya,” tulis laporan Bank Dunia.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan sektor-sektor penopang perekonomian yang pada kuartal II ini ikut terkontraksi dalam akan sulit pulih dengan mudah. Oleh karenanya, jika upaya pemerintah tidak maksimal maka Indonesia bisa masuk ke jurang resesi.
“Memang probabilitas negatif (di kuartal III) masih ada karena penurunan sektor tidak bisa secara cepat pulih,” ujarnya melalui konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Jika di kuartal III nanti pertumbuhan ekonomi negatif lagi, maka Indonesia sah mengalami resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA