Ditopang Data Tenaga Kerja AS, Emas Siap Lewati US$ 1.800/oz

Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin (29/6/2020), padahal sentimen pelaku pasar sedang memburuk akibat isu resesi dan serangan virus corona gelombang kedua.

Bursa saham global juga sedang melemah saat ini, yang menunjukkan pergerakan dua aset beda status ini seirama. Emas merupakan aset aman (safe haven), sementara saham adalah aset berisiko, keduanya seharusnya bergerak berlawan arah.

Pada pukul 17:10 WIB, melemah 0,12% ke US$ 1.768,41/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara bursa saham Asia merosot, indeks Nikkei Jepang -2,23%, Kospi Korea Selatan -1,93%, Hang Seng Hong Kong -1,1%, dan Shanghai Composite China -0,61%.

Pergerakan seirama dua aset yang berlawan status ini sangat kentara pada bulan Maret, ketika bursa saham mengalami aksi jual, harga emas justru ikut merosot.

Oleh karena itu, jika bursa saham kembali menguat, maka emas akan lebih bertenaga untuk melewati level psikologis US$ 1.800/troy ons. Data ekonomi dari AS, khususnya data tenaga kerja bisa menjadi tiket bagi emas untuk melewati level psikologis tersebut. Syaratnya, jika data tersebut lebih bagus dari prediksi.

“Pergerakan harga emas pekan depan (pekan ini) akan dipengaruhi oleh data ekonomi. Kabar bagus akan menjadi baik juga untuk emas,” kata Bart Melek, Kepala Strategi Global di TD Securities, sebagaimana dilansir Kitco Jumat (26/6/2020).

Data tenaga kerja terakhir yang dirilis dari AS menunjukkan kejutan yang cukup mencengangkan. Sepanjang bulan Mei, perekonomian AS mampu menyerap lebih dari 2,5 juta tenaga kerja, padahal prediksi pasar jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan/atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 7,75 juta.

Selain itu, tingkat pengangguran juga turun menjadi 13,3% dari bulan April 14,7%, sementara pasar memprediksi tingkat pengangguran akan mendekati 20%.

Data tenaga kerja AS terbaru akan dirilis pada Kamis (2/7/2020).

Secara teknikal, emas sudah berhasil break out level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola Rectangle pada hari Senin (22/6/2020), dan terus mencetak level tertinggi intraday di tahun ini.

Pola Rectangle menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways, dengan batas bawah di US$ 1.670/troy ons. Rentang batas bawah ke batas atas pola Rectangle sebesar US$ 74, jadi ketika batas atas berhasil ditembus maka target penguatan emas juga sebesar US$ 74 dari batas atas US$ 1.744/troy ons.

Artinya, target penguatan emas ketika pola Rectangle ditembus adalah US$ 1.818/troy ons, lebih tinggi dari level psikologis US$ 1.800/US$.

xau
Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu, indikator stochastic kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.

Level US$ 1.744 kini menjadi support (tahanan bawah) terdekat, selama bertahan di atasnya, peluang emas ke US$ 1.818/troy ons masih tetap terjaga.

Dalam jangka yang lebih panjang, peluang penguatan rupiah masih tetap terjaga selama tidak menembus ke bawah level US$ 1.670/troy ons, atau batas bawah pola Rectangle.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Similar Posts