Kembali ke Atas US$ 1.900, Emas Bisa Cetak Rekor Lagi Gak?
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia – Mengawali perdagangan kuartal IV-2020, harga emas dunia kembali ke atas US$ 1.900/troy ons, setelah menguat lebih dari 1% Kamis (1/10/2020) kemarin.
Sepanjang kuartal III-2020 lalu, emas membukukan penguatan 5,88%, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu. Sayangnya setelah mencapai rekor tersebut, emas mengendur dan mengakhiri kuartal III di level US$ 1.885,43/troy ons, berjarak lebih dari 9% dari rekor tertinggi sepanjang masa tersebut.
Meski demikian, para analis masih belum merubah proyeksinya terhadap emas untuk jangka panjang. Logam mulia ini diprediksi masih akan menguat dan memecahkan rekor tertinggi baru.
Stimulus moneter dengan nilai jumbo yang digelontorkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dibarengi dengan stimulus fiskal dari Pemerintahan Presiden AS Donald Trump, membuat perekonomian banjir likuiditas yang masih menjadi bahan bakar bagi emas untuk bisa menguat.
Pada acara simposium Jackson Hole akhir Agustus lalu, Bos The Fed, Jerome Powell, mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.
Kini The Fed menerapkan “target inflasi rata-rata” yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% “secara moderat” dalam “beberapa waktu”, selama rata-ratanya masih 2%.
Dengan “target inflasi rata-rata” Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi.
Hal itu dikonfirmasi saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter pada pertengahan September lalu, dengan menegaskan suku bunga 0,25% tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.
Stimulus fiskal AS serta pemilihan presiden 3 November mendatang bisa jadi kunci apakah emas pada akhirnya akan kembali mencetak rekor tertinggi atau tidak di sisa tahun ini.
Kabar terbaru dari AS, House of Representative (DPR) sudah meloloskan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun.
Meski demikian, paket stimulus tersebut harus lolos lagi di Senat agar bisa cair. Paket stimulus tersebut di ajukan oleh Partai Demokrat yang menguasai DPR AS, sehingga bisa lolos dengan mudah. Tetapi Senat AS dikuasai oleh Partai Republik, sehingga masih menjadi tanda tanya apakah stimulus tersebut pada akhirnya akan cair atau kembali mandek.
“Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentrala AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.
Melek menambahkan, dengan melewati level psikologis US$ 1.900/troy ons yang menjadi resisten, emas secara teknikal kini berpeluang naik lebih tinggi lagi.
Selain itu, Pilpres di AS juga berisiko menimbulkan ketidakpastian yang akan menguntungkan bagi emas. Untuk saat ini, Calon Presiden dari Partai Demokrat masih diunggulkan memenangi Pilpres melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump. Tetapi masih ada 1 bulan lagi sebelum pencoblosan, sehingga masih akan ada perubahan, entah Trump kembali diunggulkan, atau Biden akan semakin mulus melenggang. Yang pasti, emas akan jadi alternatif investasi di kala pasar dipenuhi ketidakpastian.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, harga emas berhasil bangkit dari penurunan setelah bertahan di atas rerata pergerakan 100 hari (Moving Average/MA 100) pada grafik harian. Untuk menguat lebih lanjut dan membuka peluang kembali mencetak rekor tertinggi, emas perlu melewati MA 50 yang menjadi resisten (area hijau) berada di kisaran US$ 1.945 sampai US$ 1.970/troy ons.
Sementara MA 100 di kisaran US$ 1.850 masih akan menjadi support terdekat, jika ditembus peluang emas mencetak rekor lagi di sisa tahun ini akan tertutup.
TIM RISET CNBC INDONSESIA