Inflasi AS Tembus Rekor Tertinggi dalam 13 Tahun, Emas Merangkak Naik
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi. – Bloomberg
Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas merangkak naik pada akhir perdagangan Jumat (11/6/2021), memperpanjang kenaikan untuk hari kedua beruntun, setelah inflasi AS bulan lalu meningkat lebih tinggi dari perkirakaan.
Namun, kenaikan inflasi ini mengurangi kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mengurangi dukungan moneternya. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, naik tipis US$0,9 atau 0,05 persen dan ditutup pada US$1.896,40 per ounce.
Sehari sebelumnya, Rabu (9/6/2021), emas berjangka terdongkrak US$1,1 atau 0,06 persen menjadi US$1.895,50 per ounce. Emas berjangka jatuh US$4,4 atau 0,23 persen menjadi US$1.894,40 pada Selasa (8/6/2021), setelah bertambah US$6,8 atau 0,36 persen menjadi US$1.898,80 pada Senin (7/6/2021), dan melonjak US$18,7 atau satu persen menjadi US$1.892 pada Jumat (4/6/2021).
Data menunjukkan harga-harga konsumen AS meningkat lebih lanjut pada Mei karena pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dari pandemi mendorong permintaan domestik. Klaim pengangguran mingguan juga turun ke level terendah dalam hampir 15 bulan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (10/6/2021) bahwa indeks harga konsumen AS melonjak 5,0 persen pada Mei dari setahun sebelumnya, menandai kenaikan besar keempat berturut-turut dan level tertinggi sejak 2008.
Federal Reserve AS berpendapat bahwa inflasi saat ini bersifat sementara karena masalah pasokan yang disebabkan oleh Covid-19, dan akan mereda dalam beberapa bulan ke depan.
Departemen Tenaga Kerja juga melaporkan bahwa klaim pengangguran awal dalam pekan yang berakhir 5 Juni berada di 376.000, lebih rendah dari 385.000 yang tidak direvisi pada minggu sebelumnya.
“Fakta penting [dari data inflasi] adalah bahwa pasar ini sangat percaya bahwa Federal Reserve AS tidak akan mengubah sikapnya dalam waktu dekat dan pedoman [kebijakan akomodatif] untuk emas tetap ada,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Beberapa tekanan harga tetap ada untuk emas, tetapi pada akhirnya keyakinan bahwa inflasi “dicapai dengan mudah”, yang dapat memicu pengetatan kebijakan Fed, tidak mungkin membuat emas tetap didukung, kata Moya.
Investor juga memperhatikan janji Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mempertahankan aliran stimulus yang stabil selama musim panas, pada pertemuan kebijakannya.
“Kami memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang, dan ekspektasi inflasi akan tetap menjadi titik fokus,” kata Suki Cooper, seorang analis di Standard Chartered, menambahkan bahwa pertumbuhan selera investor baru-baru ini telah lebih dari mengimbangi permintaan emas fisik yang lemah, terutama dari India dan China.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 2,9 sen atau 0,1 persen, menjadi ditutup pada US$28,031 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun US$5,8 atau 0,5 persen, menjadi ditutup pada US$1.146 per ounce