Sepekan Naik Nyaris 3%, Telat Ga Sih Beli Emas Sekarang?

Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia di pasar spot terpantau melemah pada hari Senin (15/6/2020) pukul 13:00 WIB yang terkoreksi US$ 6,77 atau 0,39% ke level US$ 1.723/troy karena aksi profit taking investor setelah reli beberapa hari terakhir.

Kendati demikian sepekan kemarin harga emas dunia naik US$ 44,54 atau 2,64% menjadi US$ 1.729,77/troy ons pada penutupan hari Jumat (12/6/2020) atau Sabtu pagi waktu Indonesia dari US$ 1.685,23 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (5/6/2020), mengacu data Refinitiv.

Kenaikan harga emas spot dunia tersebut terjadi setelah bank sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) memberikan proyeksi ekonomi yang suram di tengah kenaikan jumlah pasien Covid-19 pasca-pelonggaran karantina wilayah (lockdown).

Secara bersamaan, suku bunga acuan ditahan hingga 2022 yang memicu pertanyaan efektivitas kebijakan tersebut membantu mengangkat outlook ekonomi yang suram tersebut. Ketika investor khawatir dengan prospek ekonomi dunia, maka emas sebagai aset lindung nilai (hedging) pun diburu.

Sentimen positif harga emas juga  didukung oleh stimulus besar-besaran di sejumlah negara dan kemungkinan pelonggaran moneter lebih lanjut oleh beberapa bank sentral di seluruh dunia guna memerangi Covid-19.

Langkah-langkah stimulus besar-besaran cenderung mendukung harga emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Emas adalah investasi yang menarik selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi.

Fundamental untuk kenaikan harga emas sedang bagus-bagusnya. Lalu apakah masih memungkinkan untuk investasi emas di harga saat ini yang sudah berada di atas level US$ 1.700/tory ons?

Hal ini menjadi kekhawatiran atau pertimbangan para investor untuk membeli emas di level saat ini, yang mungkin dianggap sudah terlalu tinggi. Namun perlu dicermati jika kita bertujuan untuk beli emas untuk jangka menengah dan jangka panjang, maka beli emas di level saat ini masih cukup menghasilkan.

Secara fundamental sudah sangat jelas bahwa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, tentunya menjadi salah satu pendorong harga emas untuk bergerak naik atau menguat.

Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi stimulus tersebut akan berdampak pada emas dalam jangka panjang. Ia mengatakan pelaku pasar belum paham sepenuhnya bagaimana dampak kebijakan bank sentral dan pemerintah di berbagai negara ke pasar finansial.

“Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu,” kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.

Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons.

Sementara untuk jangka pendek selama harga emas tidak berada di bawal level psikologis US$ 1.700/troy ons, pergerakan emas masih akan bullish selama sepekan ke depan, meski ada sedikit tekoreksi di awal-awal minggu seiring dengan kenaikan yang signifikan pada minggu kemarin.

Rentang harga perdagangan selama sepekan ke depan, harga emas diperkirakan bergerak di kisaran US$ 1.700/troy ons hingga US$ 1.750/troy ons.

Sementara level-level yang perlu dicermati adalah area resistance (tahanan atas) di US$ 1.750/troy ons – US$ 1.800/tory ons sebagai penentu arah gerak emas selanjutnya. Jika level ini bisa di lewati maka bukanlah hal yang tidak mungkin untuk emas mencapai harga di US$ 1.900-2.000/troy ons.

Untuk tahanan bawah (support) yang perlu di perhatikan selama harga emas tidak bermain di bawah level US$ 1.700/troy ons, emas masih akan bisa memantul atau rebound dalam jangka pendek. Sementara jika emas berhasil melewati level tersebut maka koreksi akan berlanjut hingga area support di US$ 1.650-1.600/troy ons.

Pada level support tersebut mungkin menjadi hal yang lebih aman untuk investor beli atau buy, dengan mempertimbangkan data ekonomi lebih lanjut.

Analisis Teknikal
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal

Analisis Teknikal

Pergerakan harga emas dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, emas bergerak menuju area support, dengan garis BB yang terlihat menyempit, artinya pergerakan cenderung untuk stabil atau sideway.

Sementara indikator Fibonacci Retracement yang menggunakan tren line atau garis tren, dengan level-level yang dijadikan sebagai area acuan atau referensi dalam menentukan area support dan resistance. Saat ini berada di area 61,8% fibo, melalui penarikan garis dari harga tertinggi ke harga terendah periode bulanan.

Untuk melanjutkan penguatan emas perlu melewati level resistance di area US$ 1.750/troy ons hingga US$ 1.765/troy ons. Namun jika mengacu dari pergerakan grafik yang lebih dekat ke area 50% fibo, maka emas cenderung untuk koreksi mencoba menyentuh support terdekat di area US$ 1.717/troy ons atau area 50% fibo hingga area US$ 1.706 yang sekaligus area 38,2% fibo.

Sementara itu, indikator Stochastic yang digunakan sebagai area jenuh beli (overbought) di level 80 dan area jenuh jual (oversold) di level 20. Emas saat ini mendekati area jenuh jual, namun belum berada di level 20, sehingga pergerkan masih berpotensi untuk terkoreksi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang semakin menyempit dan mencoba untuk menyentuh level 50% fibo, maka pergerakan emas berpotensi untuk bearish dalam jangka pendek.

Kendati demikian selama harga emas tidak berada di bawal level psikologis US$ 1.700/troy ons, pergerakan untuk jangka menengah masih akan bullish.

Emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Similar Posts