Harga Emas Dunia Mentok di US$ 1.726, Kenapa Gak Gerak?

Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia di pasar spot pagi ini flat saja di tengah kian agresifnya bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang berencana akan membeli obligasi korporasi di pasar sekunder.

Selasa (16/6/2020), harga emas menguat tipis cenderung flat 0,04% ke US$ 1.726,15/troy ons. Memasuki bulan Juni emas ditransaksikan di rentang tertinggi pada US$ 1.740/troy ons dan terendah di US$ 1.685/troy ons. 

Harga Emas Spot (US$/Troy Ons)

Dini hari tadi tiga indeks utama bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,62%, S&P 500 bertambah 0,83% dan yang paling menguat adalah Nasdaq Composite Index dengan apresiasi sebesar 1,43%.

Saham-saham Negeri Paman Sam mengalami penguatan di tengah kekhawatiran munculnya gelombang kedua wabah corona di AS. 

Beberapa negara bagian yang saat ini bakal membuka kembali perekonomian di antaranya adalah Alabama, California, Florida dan North Carolina. Semua melaporkan kenaikan temuan kasus Covid-19. Texas dan North Carolina melaporkan rekor jumlah paien Corona pada Sabtu. 

Untuk saat ini harga emas masih dibayangi adanya deflasi, menurut seorang analis dari Saxo Bank.

“Inflasi rendah karena turunnya permintaan dari konsumen dan lambatnya pembukaan ekonomi kembali sehingga mengurangi permintaan emas” kata Hansen Ole, analis Saxo Bank sebagaimana dilaporkan Reuters.

“Secara teknikal, level resisten emas terkuat berada di US$ 1.740 dan aliran dana tak mencukupi” kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities. 

Namun dengan rendahnya suku bunga, banjir stimulus fiskal serta moneter secara global hingga ancaman munculnya gelombang kedua wabah (second wave outbreak) analis memandang prospek emas jangka panjang masih positif.

Emas merupakan aset minim risiko (safe haven) yang diburu ketika kondisi ekonomi sedang diliputi risiko ketidakpastian.

Di sisi lain tingkat suku bunga yang rendah dan banjir stimulus yang ada dalam jangka panjang berpotensi membuat inflasi menjadi lebih tinggi, sehingga emas sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap depresiasi nilai tukar menjadi semakin menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Similar Posts