Harga Emas Bikin Jantungan, Sudah Drop di Bawah US$ 1.900/Oz
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali terombang-ambing. Penguatan dolar AS akibat ketidakjelasan soal stimulus ekonomi lanjutan di Negeri paman Sam menjadi pemicu terpangkasnya harga emas.
Kamis (15/10/2020), harga emas terkoreksi 0,18%. Pukul 09.10 WIB logam mulia emas dunia di pasar spot dibanderol US$ 1.897,4/troy ons (oz), melorot dari posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya di US$ 1.900,9/troy ons.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa pihak dari Partai Demokrat yang diwakili oleh ketua DPR AS Nancy Pelosi disebut masih belum sepaham soal besaran nominal paket stimulus yang ditawarkan oleh Presiden Trump.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sepertinya stimulus ekonomi kali ini tidak akan mencapai kesepakatan sebelum pemilu AS yang dihelat pada 3 November nanti berakhir. Akibat kabar ini beredar indeks dolar menguat.
Indeks dolar mencerminkan posisi dolar AS terhadap mata uang lain. Ketika indeks dolar naik, maka dolar AS mengalami penguatan. Di saat yang sama membuat harga emas yang dibanderol dalam mata uang tersebut menjadi tertekan.
Emas yang dianggap sebagai aset lindung nilai dari inflasi mendapat berkah karena diminati oleh banyak investor lantaran pemerintah dan bank sentral terus menggenjot penyaluran stimulus.
Paket stimulus yang masif membuat pasokan uang beredar menjadi banyak dan masyarakat terutama investor mulai khawatir inflasi yang tinggi di masa mendatang akan terjadi. Padahal suku bunga saat ini sedang ditekan. Alhasil suku bunga riil akan terkerek ke teritori negatif dan menjadi kondisi yang mendukung emas untuk naik lagi.
Harga emas belakangan memang susah sekali tembus US$ 1.900/troy ons. Kalaupun tembus setelah itu balik arah lagi melemah. Meski susah tembus level resisten kuat tersebut, ada analis yang mengatakan bahwa dengan harga emas di US$ 1.900/troy ons pun masih kemurahan.
Dalam komentar yang diposting Rabu, Jesse Felder, penerbit buletin investasi Felder Report, menegaskan kembali sikap bullishnya pada logam mulia. Dia mengatakan meskipun harga emas hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, harganya tetap murah dibandingkan aset lain yaitu saham.
“Harga emas relatif terhadap Dow Jones Industrial Average sepertinya menunjukkan bahwa itu tidak mahal sama sekali. Padahal, untuk menyamai puncak valuasi yang dicapai sekitar satu dekade lalu, emas perlu dua kali lipat lagi dari harga saat ini, “ujarnya dalam komentar terbarunya, mengutip Kitco News.
Jika mengacu pada analisis Felder maka harga emas harusnya bisa mencapai US$ 3.800/troy ons. Meskipun begitu pasar masih terus mencermati perkembangan baru soal stimulus dan pemilu AS.
Banyak analis yang memperkirakan di akhir tahun harga emas bisa kembali ke US$ 2.000/troy ons. Ketika risiko inflasi yang lebih tinggi semakin terlihat, maka harga emas masih berpotensi untuk menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA